Selasa, 17 Juli 2012

Berburu Ilmu

Ajarkan Mereka Berburu Ilmu, Bukan Angka!." Hampir bisa dipastikan, sistem pendidikan modern yang menjadikan angka-angka (nilai-nilai ujian) sebagai standar kesuksesan dalam evaluasi akhir proses pembelajaran bagi para siswa-siswi, sedikit-banyak telah menggeser motivasi para peserta didik dalam menuntut ilmu. Mereka tidak lagi memahami akan urgensi ilmu bagi kehidupan mereka di masa mendatang, namun, lebih disibukkan untuk berburu angka sebesar-besarnya. Karenanya, nilai-nilai norma pun mereka langgar, dengan target tujuan tercacai (mencontek).

Setali tiga uang, para wali murid pun mengalami hal serupa. Tidak sedikit, di antara mereka mendorong buah hatinya untuk giat sekolah namun dengan motivasi yang keliru. Banyak kita temukan orangtua mengatakan, “Belajar yang rajin, biar nanti hasil ulangannya bagus, dan nanti juara satu.”

Tentu bisa dimaklumi jika banyak kasus dikemudian hari adanya melakukan kecurangan-kecurangan demi menggapai target yang telah dibebankan olehnya, baik itu oleh pemerintah sendiri, guru, ataupun orangtuanya.

Peristiwa yang menghebohkan dunia pendidikkan di Jawa Timur, khususnya Surabaya, beberapa waktu lalu, terkait dengan terbongkarnya kasus sontek-menyontek satu sekolahan pada pelaksanaan Ujian Nasional (UN) di salah satu SD di kota Pahlawan tersebut, adalah sedikit bukti betapa motivasi (niat) yang keliru dalam menuntut ilmu sangat mempengaruhi perilaku setiap oknum yang terlibat dalam proses pendidikkan.

Sebagaimana diberitakan oleh media massa, seorang wali kelas, tega meminta muridnya untuk berbuat culas, demi ‘kesuksesan’ peserta didiknya yang lain dalam UN. Sungguh memprihatinkan, seorang pendidik yang seharusnya mengajarkan kejujuran demi kebaikkan diri murid, bangsa, dan Negara, justru mendoktrinnya dengan nilai-nilai negatif (curang), demi tercapainya target angka yang menjadi standar kelulusan. Di sisi lain, ini bisa dimaklumi,karena apa yang dilakukan para guru, akibat dari turunan dari atasnya (sistem yang ada).

Kalau sudah begini, lalu siapa yang harus disalahkan? Tidak mudah untuk menentukan kambing hitamnya. Bagaimana pun juga, semua ini berawal dari orientasi yang keliru, yang menjadikan angka-angka sebagai perburuan utama peserta didik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar