Membiasakan Anak Menjadi Gemar Berinfaq." Seorang anak perempuan berumur
dua tahun berlari menghampiri meja komputer dimana sang ibu biasa
menaruh uang sisa belanja. Tangan-tangan kecilnya meraih beberapa uang
logam dan celoteh cadelnya segera terdengar meminta sang ibu
mengambilkannya sesuatu, “Bunda, ipak (infaq). Abi (ambil) itu.”
Tangannya menunjuk-nunjuk kotak infaq yang diedarkan mushala ke setiap
rumah.
Sang ibu dengan tersenyum mengambilkan kotak infaq di
atas meja ruang keluarga tersebut dan meletakkannya di hadapan puteri
kecilnya. Tangan-tangan kecil itupun dengan lincah memasukkan koin demi
koin ke dalam kotak. Ketika uang logam di tangannya habis, dia pun
bersorak gembira, “Horeee…ipak!” Ibu muda itu pun menatap anaknya penuh
syukur.
Menyenangkan memang melihat anak kita sejak dini telah
terbiasa bersedekah. Namun, ternyata mengajarkan anak untuk bersedekah
tak sesederhana yang dibayangkan. Seperti perjalanan gadis kecil bernama
Arina tersebut mengenal infaq. Sebelum usianya genap dua tahun, ayah
bundanya telah membiasakan sang anak menaruh uang logam sisa belanja di
kotak infaq.
Awalnya berniat untuk membiasakan sang anak
berinfaq. Setiap ada uang logam, terutama sang ayah, segera menyemangati
puteri kecilnya untuk memasukkan uang logam ke dalam celah kotak infaq,
meski jari-jari kecilnya saat itu belum dapat memposisikan uang logam
dengan baik. Seiring dengan waktu, sang anak pun terbiasa memasukkan
uang logam yang dilihatnya langsung ke kotak infaq. Jari-jari kecilnya
pun sudah terampil memasukkan uang logam tanpa bantuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar