Mencetak Keluarga Inovatif." Fenomena kecelakaan pesawat terbang milik
tentara RI beberapa waktu lalu menjadi sebuah ironi sekaligus kekonyolan
yang menggelitik. Bagaimana mungkin, sebuah negara dapat mempertahankan
kedaulatannya, jika alat-alat utama sistem pertahanannya sudah lansia
dan tak aman digunakan?
Namun demikian, mari sejenak kita memikirkan perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam surat Al-Anfal ayat 60:
وَأَعِدُّواْ
لَهُم مَّا اسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ وَمِن رِّبَاطِ الْخَيْلِ
تُرْهِبُونَ بِهِ عَدْوَّ اللّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِن دُونِهِمْ
لاَ تَعْلَمُونَهُمُ اللّهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنفِقُواْ مِن شَيْءٍ فِي
سَبِيلِ اللّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لاَ تُظْلَمُونَ
“Dan
persiapkanlah dengan segenap kemampuan untuk menghadapi mereka dengan
kekuatan yang kamu miliki dan pasukan berkuda yang dapat menggetarkan
musuh Allah, musuhmu, dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak
dapat mengetahuinya, tetapi Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu
infaqkan di jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan
kamu tidak akan dirugikan.”
Dalam ayat di atas, sebagai Muslim
kita diperintahkan untuk selalu siaga penuh menghalau musuh yang datang
mengganggu kedaulatan dalam segala bidang.
Umat Mandiri
Sayangnya, umat kini masih banyak yang tak bergerak mempersiapkan
“kuda-kuda perang” mereka. Banyak alasan yang dikemukakan untuk membela
diri. Mulai ketidaksiapan sumberdaya, hingga tidak bersatunya secara
mendunia umat ini.
Kita tentu tidak dapat berlindung pada kekuatan yang berasal dari musuh Islam untuk melindungi hak-hak seorang Muslim.
Hal menarik telah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam ketika beliau dan umat Islam menjalani masa pemboikotan.
Masa-masa pemboikotan inilah yang kemudian mengajarkan kepada umat untuk
senantiasa mandiri tanpa bergantung pada kekuatan lain selain kekuatan
sendiri. Termasuk dalam hal pertahanan diri, dan mencukupi segala
kebutuhan dengan sumber daya yang dimiliki.
Kesadaran untuk
mandiri dan membangun kekuatan sendiri ini, seharusnya juga tertanam
kuat pada umat generasi ini. Tidak selamanya kita dapat bergantung
kepada fasilitas yang diciptakan oleh pihak yang tak selamanya
bersahabat. Bukankah tidak pernah ada jaminan bahwa selamanya kita akan
berdamai dengan negara tersebut? Bila suatu saat perang di maklumkan
atas kedua negara, bukankah “rahasia” persenjataan kita sudah ada di
tangan mereka?
Generasi umat ini harus belajar untuk menguasai
teknologi dan mandiri menciptakannya. Semangat dan kesungguhan inilah
yang harus dimulai dari sebuah elemen terkecil dalam masyarakat yaitu
keluarga.
Pendidikan para Penemu
Sudah saatnya, kita
mengajarkan pada anak-anak untuk menjadi penemu dan ‘pencipta’. Menjadi
orang yang kelak menciptakan pesawat tempur, tak sekadar menjadi pilot
pesawat tempur. Apalagi hanya sebatas mengagumi kegagahan sang pilot
yang berlaga di film-film Barat. Mengajarkan kepada anak-anak kita untuk
bercita-cita menjadi gubernur baitul maal bukan sekadar menjadi pegawai
bank.
Tak ada salahnya bila kita mencontoh yang telah dilakukan
Jepang dalam membangun negerinya. Sebelum tahun 1868, Jepang adalah
negeri yang tertinggal dan tak diperhitungkan di pentas dunia. Namun,
tiga puluh tahun setelah Restorasi Meiji bergulir di tahun tersebut,
Jepang telah berubah menjadi negara adidaya yang ditakuti.
Kunci
dari perubahan besar-besaran yang dilakukan oleh bangsa ini adalah
pendidikan. Yaitu mengubah sistem pendidikan tradisional (yang kerap
dilakukan di kuil-kuil) dengan sistem pendidikan modern, program wajib
belajar, pengiriman mahasiswa Jepang ke luar negeri, serta peningkatan
anggaran sektor pendidikan secara signifikan. Selain itu, Jepang
mendorong rakyatnya untuk bersahabat dengan buku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar