Selasa, 17 Juli 2012

Inovatif

Mencetak Keluarga Inovatif." Fenomena kecelakaan pesawat terbang milik tentara RI beberapa waktu lalu menjadi sebuah ironi sekaligus kekonyolan yang menggelitik. Bagaimana mungkin, sebuah negara dapat mempertahankan kedaulatannya, jika alat-alat utama sistem pertahanannya sudah lansia dan tak aman digunakan?

Namun demikian, mari sejenak kita memikirkan perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam surat Al-Anfal ayat 60:

وَأَعِدُّواْ لَهُم مَّا اسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ وَمِن رِّبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدْوَّ اللّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِن دُونِهِمْ لاَ تَعْلَمُونَهُمُ اللّهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنفِقُواْ مِن شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لاَ تُظْلَمُونَ

“Dan persiapkanlah dengan segenap kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan pasukan berkuda yang dapat menggetarkan musuh Allah, musuhmu, dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak dapat mengetahuinya, tetapi Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu infaqkan di jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dirugikan.”

Dalam ayat di atas, sebagai Muslim kita diperintahkan untuk selalu siaga penuh menghalau musuh yang datang mengganggu kedaulatan dalam segala bidang.

Umat Mandiri

Sayangnya, umat kini masih banyak yang tak bergerak mempersiapkan “kuda-kuda perang” mereka. Banyak alasan yang dikemukakan untuk membela diri. Mulai ketidaksiapan sumberdaya, hingga tidak bersatunya secara mendunia umat ini.

Kita tentu tidak dapat berlindung pada kekuatan yang berasal dari musuh Islam untuk melindungi hak-hak seorang Muslim.

Hal menarik telah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau dan umat Islam menjalani masa pemboikotan. Masa-masa pemboikotan inilah yang kemudian mengajarkan kepada umat untuk senantiasa mandiri tanpa bergantung pada kekuatan lain selain kekuatan sendiri. Termasuk dalam hal pertahanan diri, dan mencukupi segala kebutuhan dengan sumber daya yang dimiliki.

Kesadaran untuk mandiri dan membangun kekuatan sendiri ini, seharusnya juga tertanam kuat pada umat generasi ini. Tidak selamanya kita dapat bergantung kepada fasilitas yang diciptakan oleh pihak yang tak selamanya bersahabat. Bukankah tidak pernah ada jaminan bahwa selamanya kita akan berdamai dengan negara tersebut? Bila suatu saat perang di maklumkan atas kedua negara, bukankah “rahasia” persenjataan kita sudah ada di tangan mereka?

Generasi umat ini harus belajar untuk menguasai teknologi dan mandiri menciptakannya. Semangat dan kesungguhan inilah yang harus dimulai dari sebuah elemen terkecil dalam masyarakat yaitu keluarga.

Pendidikan para Penemu

Sudah saatnya, kita mengajarkan pada anak-anak untuk menjadi penemu dan ‘pencipta’. Menjadi orang yang kelak menciptakan pesawat tempur, tak sekadar menjadi pilot pesawat tempur. Apalagi hanya sebatas mengagumi kegagahan sang pilot yang berlaga di film-film Barat. Mengajarkan kepada anak-anak kita untuk bercita-cita menjadi gubernur baitul maal bukan sekadar menjadi pegawai bank.

Tak ada salahnya bila kita mencontoh yang telah dilakukan Jepang dalam membangun negerinya. Sebelum tahun 1868, Jepang adalah negeri yang tertinggal dan tak diperhitungkan di pentas dunia. Namun, tiga puluh tahun setelah Restorasi Meiji bergulir di tahun tersebut, Jepang telah berubah menjadi negara adidaya yang ditakuti.

Kunci dari perubahan besar-besaran yang dilakukan oleh bangsa ini adalah pendidikan. Yaitu mengubah sistem pendidikan tradisional (yang kerap dilakukan di kuil-kuil) dengan sistem pendidikan modern, program wajib belajar, pengiriman mahasiswa Jepang ke luar negeri, serta peningkatan anggaran sektor pendidikan secara signifikan. Selain itu, Jepang mendorong rakyatnya untuk bersahabat dengan buku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar