Selasa, 17 Juli 2012

Kehidupan

Klasifikasi dalam Kehidupan ”Mama dan papa mau menjamu tamu dari luar kota malam ini, Diandra mau ikut?” tanya seorang ibu pada anak perempuan tunggalnya yang berusia sembilan tahun. ”Mama, yang makan-makan itu kan semuanya orang dewasa, tidak ada anak kecilnya. Nanti bicaraannya untuk orang dewasa, aku tidak akan merasa nyaman. Aku di rumah saja,” ujar sang anak.

Di sebuah toko, seorang ibu bertanya pada anaknya, ”Aisyah, ini ada mukena bagus dan lucu. Lihat motifnya bagus pakai sulam pita dan bisa dilipat sampai kecil. Mau beli ini untuk dipakai di sekolahmu?” tanya seorang ibu sambil menyerahkan sebuah mukena yang unik.

”Mama, lokerku di sekolah cukup besar, mukenaku sekarang muat di simpan di sana. Cara melipat mukena ini susah. Ini cocoknya untuk dibawa pergi-pergi,” ujar sang anak yang masih bersekolah di sekolah dasar.

Dua dialog di atas menunjukkan bahwa anak-anak tersebut sudah memahami apa yang dinamakan klasifikasi atau pengelompokan. Pada percakapan pertama tampak bahwa meski si anak adalah anak tunggal yang umumnya manja, ia tidak serta-merta ikut pada acara orang tuanya untuk makan-makan. Ia paham bahwa acara orang dewasa berbeda dengan acara untuk anak. Ia tahu bahwa baginya lebih baik tinggal di rumah saja.

Pada dialog kedua tampak bahwa meski pada umumnya anak -bahkan orang dewasa sekalipun- senang memiliki barang baru, namun anak tersebut tidak begitu saja menerima tawaran mukena baru. Ia mampu mengklasifikasikan mukena untuk di sekolah dan mana untuk dibawa pergi, sehingga ia tetap memilih mukena lama untuk digunakan di sekolahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar