Selasa, 17 Juli 2012

mengembangkan dakwah

Wahai Muslimah, Jadilah Pendukung Dakwah yang Gagah." Kunanti engkau harap-harap cemas, di antara sekian harapan yang mampu menyemai kekuatan dalam diri. Ya, inilah perasaan khas wanita, seorang calon ibu. Apalagi ketika harus merelakan ayahmu pergi mengikuti pelatihan dakwah tugas dari lembaga, kala detik-detik kelahiranmu telah menunggu hari. Maka, siapakah lagi yang mampu kupintai penjagaan terbaik kalau bukan Dia semata?

Kucoba mengenang peran para shahabiyah, wanita-wanita teladan produk madrasah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lolos menjadi pendukung dakwah karena kegagahannya.

Khadijah yang Gagah

Khadijah, wanita utama itu terpilih menjadi saksi beratnya dakwah di masa awal Islam. Ia memandang dengan gagah ketika suaminya memilih ber-uzlah di Goa Hira’ sekian lamanya, tanpa banyak bicara, apalagi banyak protes.

Ia mendukung suaminya, tanpa banyak merecokinya dengan banyak pertanyaan, apalagi permintaan. Justru disediakannya setiap kebutuhan dan dikirimkannya lewat utusan dengan sebaik-baiknya. Maka wajar jika Rasulullah terkenang sedemikian dalam akan sosok Khadijah.

Berikutnya madrasah Rasulullah melahirkan wanita-wanita perkasa, yang harus jujur diakui, peran mereka dalam perjuangan Islam jauh melebihi apa yang diperjuangkan oleh para feminis akan kesetaraan jender akhir-akhir ini. Jauh sekali.

Maka, apalah artinya Aminah Wadud yang bangga menjadi imam dan khatib shalat Jum’at? Bukankah dahulu seorang wanita pernah protes kepada Rasulullah kenapa wanita tidak mendapat giliran kewajiban ikut menikmati kemuliaan jihad? Hingga telah tercatat nama-nama perempuan pemberani di medan laga.

Walaupun Allah dan Rasulullah tidak mewajibkannya, namun harumnya surga telah menarik hati mereka untuk ikut bertempur. Dan yang mereka lakukan semata-mata ingin mendapatkan kemuliaan di mata Allah Subhanahu wa Ta’ala, bukan sekadar ingin menaikkan harga diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar